Selasa, 27 Maret 2018

SALURAN ISLAMISASI DI INDONESIA

Di postingan sebelumnya kita sudah membahas tentang bagaimana sih cara islam sampai dna masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Nah, untuk menyebarkan ajaran islam tentunya membutuhkan waktu yang lama, lalu apa sih yang dilakukan para pedagang muslim/para wali songo pada zaman dahulu hingga ajaran islam dapat disebar dan diterima masyarakat Indonesia?. Berikut adalah beberapa saluran islamisasi di Indonesia :

SALURAN PERDAGANGAN


Letak geografis Indonesia yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan dan pelayaran dunia pada masa silam telah mendorong proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara. Para pedagang dari Gujarat, Arab, maupun Persia datang ke kepulauan Indonesia pada abad ke 7 hingga ke 16 M. 




Selain untuk berniaga, juga membentuk perkampungan muslim. Para pedagang khususnya muslim memanfaatkan hal ini sebagai jalur dakwah, karena tiap muslim wajib menyebarkan ajaran islam kepada siapa saja yang pada akhirnya menjadi pondasi utama saluran islamisasi di Indonesia . Contoh perkampungan muslim misalnya bisa kita temukan di beberapa wilayah pesisir pantai timur Sumatera dan pantai Utara Jawa, seperti di Pekojan, Jakarta Utara. Oleh karena itu orang – orang yang pertama kali memeluk Islam di Nusantara adalah orang – orang pesisir di sekitar pelabuhan atau bandar.


PERKAWINAN


Saluran perkawinan menjadi saluran islamisasi di Indonesia yang paling besar pengaruhnya. Kondisi ekonomi para pedagang muslim yang cenderung lebih baik membuat banyak wanita pribumi yang tertarik untuk dinikahi. Contohnya pernikahan Sunan ngampel dan Nyai Manila.

Namun karena syarat pernikahan dalam agama islam yang mengharuskan setiap pasangan calon suami dan isteri sama-sama memeluk islam, maka wanita pribumi yang ingin dinikahi kemudian menjadi seorang muslim. Dari pernikahan inilah lahir anak-anak generasi muslim yang kelak ikut berperan dalam penyebaran islam di Indonesia. Terlebih bila anak-anak tersebut dilahirkan dari kaum bangsawan atau pemimpin daerah, maka rakyatnya juga kemudian banyak yang ikut tertarik untuk masuk islam.

Saluran Dakwah


Seperti yang kita ketahui, dalam ajaran islam, setiap muslim memiliki kewajiban untuk berdakwah atau menyampaikan risalah kebenaran kepada siapa saja. Karena itu, banyak para pedagang muslim atau orang yang sudah lebih dahulu memeluk islam mendakwahkan ajaran islam kepada masyarakat, bahkan ada pula yang melakukan pembinaan secara intensif seperti yang dilakukan Wali Songo di pulau Jawa.




Saluran Pendidikan


Saluran islamisasi di Indonesia yang dilakukan lewat jalur pendidikan dibuktikan dengan berdirinya banyak lembaga-lembaga pendidikan, seperti pesantren. Kerajaan Demak telah menjadi pusat pendidikan islam pada masa kejayaan islam dahulu. Para santri dari seluruh penjuru nusantara menimba ilmu islam di pesantren-pesantren Demak, ketika sudah selesai memperoleh ilmu, para santri kembali ke daerahnya masing-masing untuk kemudian menyebarkan ilmu tersebut.


Saluran Seni Budaya

Saluran seni budaya banyak dilakukan ulama-ulama pada masa penyebaran awal syiar islam, karena seni dianggap lebih mudah mempengaruhi masyarakat. Misalnya, Sunan Kalijaga yang menyebarkan ajaran islam lewat pertunjukan wayang kulit, sebagian besar cerita yang diangkat dalam perwayangannya adalah diambil dari cerita ramayana dan mahabrata. Sunan kalijaga tidak pernah meminta upah kepada para penonton. Sunan kalijaga hanya meminta para penonton mengikutinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Sunan Bonang dan Sunan Drajad lewat kesenian gamelan dan lagu, Sunan Kudus lewat cerita pendek beresensi filsafat islam, ada juga penyebaran ajaran islam melalui seni bangunan, seni pahat, seni tari, seni musik, seni sastra dan sebagainya.


Saluran Tasawuf

Tasawuf adalah metode penyampaian syiar islam lewat pendekatan kehidupan sehari-hari dan mengantarkan pemahaman islam berdasarkan logika dan pemikiran. Pengajar – pengajar tasawuf mengajarkan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Dalam hal ini orang – orang Islam lah yang memiliki ilmu tasawuf  yang mahir akan kekuatan magis dan kekuatan untuk menyembuhkan. Dalam perkembangannya mereka membaur dengan masyarakat dengan menjadi orang – orang pintar, orang kepercayaan, tabib dan sebagainya sehingga tak heran mereka dipandang memiliki status sosial yang tinggi dan memiliki pengikut.  Eksistensi agama Hindu Budha pada kondisi masyarakat Nusantara diawal penyebaran islam membuat para ulama mengelaborasi pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama yang lebih dulu dianutnya lewat jalur tasawuf.

Adapun pengaruh ajaran tasawuf sendiri telah ada pada ajaran Islam yang masuk melalui Gujarat India. Dengan pengaruh ini, masyarakat Indonesia yang awalnya memeluk agama Hindu menjadi lebih mudah memahami dan menerima ajaran Islam. Pengaruh ini pula-lah yang menjadi alasan mengapa Islam bisa cepat diterima oleh masyarakat Indonesia. Beberapa contoh sufi yang mengajarkan tasawuf adalah : Syeikh Lemah Abang, Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.


Saluran Politik





Saluran islamisasi di Indonesia juga dilakukan lewat jalur politik.  Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam di daerah kekuasaannya, karena biasanya kebanyakan rakyat akan masuk islam setelah rajanya masuk islam terlebih dahulu. Contoh penerapan saluran ini misalnya terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Kerajaan kerajaan yang awalnya bercorak Hindu Budha ditaklukan untuk kemudian dibentuk menjadi kerajaan Islam. Kemenangan kerajaan Islam yang mengalahkan kerajaan non Islam juga banyak menarik orang – orang non Islam untuk masuk ke ajaran agama Islam.










Nah, sudah tau kan sekarang bagaimana islam tersebar di masyarakat Indonesia? Kita harus berterimakasih kepada para penyebar ajaran islam terutama para Wali Songo, karena kerja keras mereka ajaran islam sampailah pada kita. Maka dari itu kita harus terus melestarikan, menyebarkan, dan memperkenalkan ajaran islam ke seluruh dunia. Mohon maaf jika banyak kesalahan yaaa 😀😀😀.Semoga bermanfaat!

















Sumber:



Minggu, 25 Maret 2018

 TEORI MASUKNYA ISLAM 

KE INDONESIA 

Hai! kembali lagi di blogku "Sejarah Dekat Dengan Kita"!. Kali ini, aku akan membahas seputar sejarah islam di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, dahulu kala di Indonesia agama yang paling berpengaruh adalah Hindu-Buddha. Namun, seiring berjalan waktu, banyak agama-agama lain yang masuk ke Indonesia termasuk islam, dan sekarang menjadi agama mayoritas di Indonesia. 


Nah, kira-kira bagaimana ya proses masuknya islam ke Indonesia?, sebagai "anak sejarah" kita wajib dong mengetahuinya. Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses masukknya islam ke Indonesia, berikut 5 Teori Masuknya Islam ke Indonesia:




Teori Gujarat


Teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk di Indonesia berasal dari Gujarat, India. Teori ini dicetuskan oleh dua orang sejarawan berkebangsaan Belanda, Snouck Hurgronje dan J.Pijnapel. Menurut mereka, Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad ke 13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang. Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar.


Bukti yang mendukung teori ini di antaranya : batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Islam Gujarat, catatan Marcopolo, serta corak ajaran islam yang cenderung memiliki warna tasawuf, yaitu ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Pada dasarnya tasawuf adalah gerakan Zuhud (meninggalkan urusan duniawi) oleh islam. Ajaran ini dipraktikan oleh orang muslim di India Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Islam.

Namun, terdapat 2 perihal yang melemahkan teori ini. Yang pertama, masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi. Kedua, saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.


Teori Persia


Teori Persia menyatakan bahwa Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi adalah Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia. Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat pencetus sekaligus pencetus teori ini.


Seperti teori yang lain, teori ini didukung oleh beberapa bukti di antaranya, kesamaan ajaran Sufi, kesamaan budaya Islam Persia dan Islam Nusantara (seperti peringatan 10 Muharam atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera Barat dan Jambi sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh dalam peristiwa Karbala), adanya suku Leran dan Jawi di Persia (merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa) menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa Islam ke Indonesia. Selain itu, dalam suku Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia. Kesamaan seni kaligrafi pada beberapa batu nisan, serta bukti maraknya aliran Islam Syiah khas Iran pada awal masuknya Islam di Indonesia juga turut mendukung Teori Persia ini.

Dengan banyaknya bukti pendukung yang dimiliki, teori ini sempat diterima sebagai teori masuknya Islam di Indonesia yang paling benar oleh sebagian ahli sejarah. Tetapi setelah diselidiki lebih dalam, ternyata teori ini juga memiliki kelemahan. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam genggaman Khalifah Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan Madinah. Jadi tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran Islam secara besar-besaran ke Nusantara.


Teori Arab atau Teori Makkah


Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia berlangsung saat abad ke 7 Masehi. Islam dibawa para musafir Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Van LeurAnthony H. JohnsT.W Arnold, dan Buya Hamka.



Bukti yang mendukung teori ini yaitu, pada abad ke 7 Masehi, adanya perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah ini disebut wilayah Ta-Shih (sebutan orang-orang China untuk orang Arab). Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia mengatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa sekitar tahun 625 Masehi. Melihat dari tahun tersebut, berarti hanya berjarak 9 tahun dari rentang waktu ketika Rasulullah menetapkan dakwah terang-terangan terhadap penduduk Mekkah. Pelayaran ini sangat mungkin terjadi mengingat adanya perintah Rasululloh agar kaum muslimin menuntut ilmu ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat Rosululloh masih hidup. Lalu adanya madzhab yang populer kala itu khususnya di Samudera Passai adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir. Dan adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.

Karena teori ini dianggap teori yang paling masuk akal, maka sampai sekarang teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat dan terpercaya. Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan penjelasan terhadap peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.


Teori China

Baru-baru ini teori China yang dicetuskan oleh  Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby yang menyebutkan bahwa, Islam dibawa masuk ke Indonesia oleh perantau Muslim China yang datang ke Nusantara.

Teori ini didasari fakta-fakta adanya perpindahan orang-orang muslim China dari Canton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879 M, adanya masjid tua beraksitektur China di Jawa, raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden Patah), gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah China, serta catatan China yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang China.



Teori Maritim


Teori Maritim pertama kali dicetuskan sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch. Teori ini menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari kemampuan umat Islam dalam menjelajah samudera. Tidak dijelaskan darimana asal Islam yang berkembang di Indonesia, yang jelas menurut teori ini, masuknya Islam di Indonesia terjadi di sekitar abad ke 7 Masehi.


Nah, sekarang udah tau kan bagaimana proses masuknya islam ke Indonesia? Walaupun teori-teori diatas masih belum valid karena kurangnya fakta dan data, setidaknya kita sudah memiliki gambaran bagaimana proses masuknya islam ke negeri ini. Semoga bermanfaat! Harap dimaklumi apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dan terimakasih.😊😊😊




















 referensi: