Kalian tahu gak, ternyata ada 5 dasar cara berfikir dalam
sejarah?
Yang pertama adalah cara berfikir kronologis, yaitu sejarah
dilihat dari runtutan peristiwanya, dimana satu peristiwa dengan peristiwa lainnnya
saling berhubungan.
Yang kedua ada cara berfikir diakronik, yaitu melihat
sejarah dari peristiwa yang pertama kali di bahas oleh sang sejarawan.
Yang ketiga ada berfikir sinkronik, yaitu melihat kondisi
sosial, politik, ekonomi dan budaya pada masyarakat di masa itu.
Yang keempat ada cara berfikir secara waktu, yaitu kapan
saja waktu-waktu sejarah tersebut terjadi.
Yang terakhir ada cara berfikir secara ruang, yaitu dimana
saja sejarah tersebut terjadi.
Oke,sekarang kita bahas yuk, salah satu peristiwa sejarah di
Indonesia, yang kemudian akan kita hubungkan dengan 5 dasar cara berfikir tadi!
Kali ini aku akan mengulas mengenai salah satu wilyah yang
dulunya adalah bagian dari negara tercinta Indonesia, yaitu Timor Timur, masih
ingat?. Sedih ya, Timor timur adalah sebuah wilayah yang sudah mengorbankan
banyak nyawa, biaya, dan perhatian bagi Indonesia, akhirnya memutuskan untuk
berpisah dengan kita.
Timor – Timur (Timor Leste) adalah bekas wilayah jajahan bangsa Portugal
yang berintegrasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah
dijajah selama 450 tahun.
Bergabungnya Timor Timur sebagai propinsi ke-27 di masa
pemerintahan Presiden Soeharto dimulai pada 31 Mei 1976, saat itu
dikeluarkan petisi yang mendesak pemerintah RI untuk secepatnya menerima dan
mengesahkan integrasi Timor Timur ke dalam negara kesatuan RI tanpa referendum.
Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI diajukan secara
resmi pada 29 Juni 1976. lalu seterusnya, Pemerintah mengajukan RUU integrasi
Timor Timur ke wilayah RI kepada DPR RI. DPR melalui sidang plenonya menyetujui
RUU tersebut menjadi UU Nomor. 7 Tahun 1976 pada 17 Juli 1976 dan ketentuan
tersebut semakin kuat setelah MPR menetapkan TAP MPR No. VI / MPR/ 1978, hingga
pada ahirnya, Timor Timur menjadi Propinsi Indonesia yang ke-27.
Kemudian pemerintahan berganti kekuasaan disebabkan Presiden
Soeharto mengundurkan diri atas dasar permintaan rakyat, yang kemudian otomatis
digantikan oleh wakilnya pada saat itu, B.J Habibie yang mau tidak mau turut
tertimpa masalah dan beragam krisis di indonesia, termasuk krisis disentegari
yang terjadi di Timor Timur, karena menggantikan posisi Presiden Soeharto.
Presiden Habibie yang saat itu terkesan tidak tegas, plin-plan dalam mengambil
keputusan tentang masalah tersebut menjadikan faktor keberuntungan Xanana
Goesmao untuk mengacaubalaukan rasa nasionalime rakyat Timor Timur.
Pada saat itu Xanana Goesmao awalnya adalah seorang pemain
sepak bola dan wartawan, namun kemudian bergabung dengan para pejuang Timor
Leste (Gerilyawan) untuk melawan pemerintahan Indonesia. Xanana Goesmao yang
didukung oleh negara luar seperti Australia dan Portugal semakin menggebu-gebu
untuk menyuarakan kemerdekaan Timor - timur.
Alokasi dana dari Indonesia ditujukan untuk pembangunan di
Timor Timur berupa dana pembangunan daerah inpres dan dana sektoral masing-
masing berjumlah Rp 350,7 miliar dan Rp 602,4 miliar yang mendorong kemajuan di
Timor Timur. Hasilnya kesejahteraan sosial , angka melek huruf, ruas
jalan beraspal, hingga bangsal di Rumah Sakit pun terus bertambah,Bahkan saat
semakin besar potensi untuk berpisah dengan Indonesia. Tahun 1999, Timor Timur masih menerima alokasi APBN sebesar
Rp 187,3 Miliar untuk pembangunan provinsi, kota, desa, dan jaringan pengaman
sosial, serta untuk menanggulangi kemiskinan. Sehingga Timor Timur menjadi
seperti benalu bagi Indonesia bahkan sampai di akhir-akhir masa integrasinya
Selain dana yang cukup besar dari pemerintah untuk Timor Timur, masalah daerah
lain yang ikut ingin merdeka, masalah gerilya politik oleh kelompok
Anti-integrasi, dan kritik serta kecaman Negara- negara barat atas pelanggaran
HAM di Timor Timur yang terus ditujukan kepada Indonesia, semua itu semejak
Timor Timur menjadi provinsi ke-27 di Indonesia.
Dan perang saudara selama 3 bulan September-November 1975 di
Timor Timur dan pendudukan Indonesia selama 23 tahun 1976-1999, sudah lebih
dari 200.000 orang meninggal dan 183.000 diantaranya disebabkan tentara
Indonesia yaitu karena keracunan bahan kimia dari bom,Karena hal tersebut PBB
tidak setuju dengan integrasi Timor Timur ke Indonesia,Ketidaksetujuan PBB juga
dikarenakan ada kaum anti-kemerdekaan yang didukung Indonesia melakukan
pembantaian balasan secara besar-besaran dimana sekitar 1.400 jiwa tewas dan
300.000 jiwa dipaksa mengungsi ke Timor Barat. Untuk mengatasi permasalahan di
Timor Timur.
Presiden B.J Habibie berupaya keras untuk menghentikanya,
namun Sayang serasa tak mampu hingga presiden membuat Dua opsi (pilihan
alternatif) yang dia tawarkan untuk memecahkan masalah Timor Timur, yaitu
pemberian otonomi khusus atau memisahkan diri dari Indonesia.
Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan
kepada daerah tertentu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
menurut prakarsa sendiri sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah
tersebut.
Portugal dan PBB menyambut baik tawaran Presiden B.J Habibie
tersebut. Selanjutnya, perundingan Tripartit terjadi di New York pada 5 Mei
1999 antara Indonesia, Portugal dan PBB yang kemudian menghasilkan kesepakatan
tentang pelaksanaan jajak pendapat mengenai status masa depan Timor Timur /
United Nations Mission in East Timor (UNAMET).
Jajak pendapat diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999
yang diikuti oleh 451.792 orang pemilih yang dianggap penduduk Timor Timur
berdasarkan kriteria yang ditetapkan UNAMET, baik yang berada di wilayah
Indonesia maupun diluar negeri. Pada tanggal 4 September 1999 di Dili dan di PBB hasil jajak
pendapat masyarakat Timor Timur tentang pilihan untuk menerima otonomi khusus
atau berpisah dengan NKRI diumumkan. Dan hasilnya 78,5 persen penduduk menolak
otonomi khusus. Yang artinya Mereka lebih memilih untuk memisahkan diri dari
NKRI. Hanya 21,5 persen yang menerima tawaran otonomi.
Dengan hasil tersebut maka MPR RI dalam Sidang Umum MPR pada
1999 mencabut TAP MPR No. VI/1978 dan mengembalikan Timor Timur seperti pada
1975. Saat referendum alias jajak pendapat, kabarnya banyak orang
terutama di daerah pelosok yang salah faham alias salah pengertian dalam
memilih pendapat. Mereka konon ingin tetap merdeka bersama-sama saudara
mereka di negeri Indonesia.
Nah, berdasarkan sejarah singkat tentang Timor-Timur melepaskan diri dari Indonesia tadi, dapat kita simpulkan:
Bagian Kronologisnya adalah mulai dari Timor-Timur bergabung dengan Indonesia >>> pergantian kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soeharto ke Presiden Habibie >>> pemberontakan rakyat Timor-Timur yang menginginkan kemerdekaan >>> perang saudara >>> Timor-Timur memutuskan untuk memerdekakan diri dari Indonesia
Bagian Diakroniknya adalah pengajuan integrasi Timor-Timur ke dalam wilyah Republik Indonesia pada 29 Juni 1976
Bagian Sinkroniknya adalah pindahnya kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Presiden Habibie yang ternyata tidak begitu tegas, kemudian Xanana
Goesmao yang mengacaubalaukan rasa nasionalime rakyat Timor Timur dan menyerukan kemerdekaan untuk Timor-Timur, kemudian kondisi rakyat Timor-Timur yang sejahtera karena mendapat alokasi dana yang cukup besar dari pemerintah Indonesia, kemudian ada juga perang saudara antara Tiimor-Timur dengan Indonesia yang memakan banyak korban.
Kalau dilihat secara waktunya sudah jelas Timor-Timur pertama bergabung dengan indonesia pada tanggal 31 Mei 1976 dan memisahkan diri pada 4 September 1999.
Kemudian dari ruangnya pastinya di Dili, Timor-Timur hehe..
Sekian, terimakasih sudah membaca blogku, mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi banyak kesalahan, semoga bermanfaat yaaa....